MAKALAH
“DEPRESIASI DAN DEPLASI”
Makalah
ini dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Akuntansi Keuangan Syariah 2”
Dosen
Pengampu: Atika Lusi Tania, SE.,M.Acc.,Ak.
Disusun oleh:
Kelompok 2
Nama Anggota
1. Annas
Ways Alqorni (1502100239)
2. Isnaini
Rahmawati (1502100060)
3. Maya
Satya Andayani (1502100189)
4. Rita
Amelia (1502100210)
5. Umi
Mukminaturrohmah (1502100225)
Prodi
: S1 Perbankan Syariah
Kelas
: B

INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
JURAI SIWO METRO
2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan kepada penulis khususnya umumnya
untuk kita semua, karena berkat hidayah dan inayah-Nya penulis bisa
menyelesaikan makalah ini, shalawat beserta salam marilah kita curahkan kepada
junjungan kita yakni nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dosen pengampu mata kuliah “Akuntansi Keuangan
Syariah 2” yang telah membimbing penulis di dalam penyusunan makalah ini, serta
mengucapkan terima kasih pula terhadap semua rekan rekan yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Namun penulis menyadari bahwa makalah
ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun penulis
harapkan demi perbaikan dan kebaikan.
Semoga makalah ini menjadi khazanah
keilmuan khususnya bagi penulis umumnya bagi yang membaca dan Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Metro,
Maret 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DARTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan
Masalah.......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEPRESIASI
1. Pengertian
depresiasi........................................................................... 3
2. Sebab
depresiasi................................................................................... 4
3. Faktor-faktor
menentukan biaya depresiasi......................................... 5
4. Metode
depresiasi................................................................................ 6
B. DEPLESI
1. Pengertian
deplesi.............................................................................. 14
2. Metode
perhitungan deplesi.............................................................. 15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aset tetap atau Aktiva tetap dalam akuntansi adalah
aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Jenis
aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah
properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor,
furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain.
Beban beban selama masa penggunaan aktiva tetap
seperti Reparasi dan pemeliharaan, Penggantian, Penambahan , Depresiasi aktiva
tetap. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak. Semua
bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali tanah atau lahan,
aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan artinya nilai
aktiva tetap selain tanah, misalnya mobil, berkurang seiring dengan realisasi
masa umur pemanfaatannya, sampai ketika masa guna itu habis, nilai aktiva mobil
yang bersangkutan adalah nol. Secara umum perusahaan dalam menentukan
depresiasi biasanya menggunakan metode penetapan nilai penyusutan yang dapat
digunakan untuk menghitung nilai penyusutan dari suatu aktiva tetap.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud depresiasi?
2.
Apa saja sebab sebab depresiasi?
3.
Apa saja faktor-faktor menentukan biaya
depresiasi?
4.
Apa saja metode dalam depresiasi?
5.
Apa yang di maksud deplesi?
6.
Apa saja metode perhitungan deplesi?
C. Tujuann
Masalah
1.
Mengetahui apa yang dimaksud depresiasi
2.
Mengetahui sebab sebab depresiasi
3.
Mengetahui faktor-faktor menentukan
biaya depresiasi
4.
Mengetahui metode dalam depresiasi
5.
Mengetahui apa yang di maksud deplesi
6.
Mengetahui metode perhitungan deplesi
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEPRESIASI
1. Pengertian
Depresiasi
Depresiasi
adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis
dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi. Menurut PSAK No. 17,
depresiasi (penyusutan) adalah suatu alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat
disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi yang dibebankan dengan
pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva tetap yang dapat
disusutkan adalah aktiva yang :
a. Diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
b. Memiliki
masa manfaat yang terbatas
c. Dimiliki
oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang atau
jasa untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.
Comittee on terminology
dari
AICPA (1953) memberikan definisi sebagai berikut:
Akutansi
depresiasi adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk membagikan harga
perolehan atau nilai dasar lain dari aktiva tetap berwujud, dikurangi nilai
sisa (jika ada), selama umur kegiatan unit itu yang ditaksir (mungkin berupa
suatu kumpulan aktiva-aktiva) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional.
Ini merupakan proses alokasi, bukan penilaian. Beban depresiasi untuk suatu
tahun adalah sebagian dari jumlah total beban itu yang dengan sistem tersebut
dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun didalam alokasi itu diperhitungkan
hal-hal yang terjadi selama tahun itu, tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat
pengukur terhadap akibat-akibat dari kejadian-kejadian itu.
Depresiasi adalah proses dari
pengalokasian cost, bukan proses penilian aktiva tetap . perubahan nilai pasar
wajar dari asset tidak diperhitungkan
selama asset dimiliki , karen aktiva tetap dimiliki untuk digunakan dan bukan
untuk dijual. Jadi, book value adalah (harga perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan aktiva tetap mungkin berbeda dengan market value nya.
Kemampuan untuk menghasilkan pendapatan
dapat juga mengalami penurunan karena obsolescence. Obsolescence adalah proses
menjadi usang atau kadaluarsa sebelum kondisi pemakaian penuh. Penting
diketahuai bahwa pengakuan depresiasi tidak berarti pengeluaran berupa kas ,
berarti juga bukan pengumpulan kas untuk membeli aktiva tetap yang baru. Saldo
dalam akumulasi penyusutan memperliahtkan jumlah cost aktiva yang dialokasikan
sebagai expenses. Saldo tersebut bukan tabungan kas namun semata mata merupakan
kontra akun dari aktiva tetap .
Dari definisi diatas jelas bahwa
akuntansi depresiasi bukannya suatu proses penilaian aktiva atau prosedur
pengumpulan dana untuk mengganti aktiva, tetapi adalah suatu metode untuk
mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi.
Istilah depresiasi digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva
tetap berwujud yang dapat diganti, seperti gedung, mesin, alat-alat dan
lain-lain.
Alokasi harga perolehan aktiva tetap
berwujud yang tidak dapat diganti seperti sumber-sumber alam (wasting assets)
disebut deplesi. Sedangkan alokasi harga perolehan aktiva tetap tidak berwujud
disebut amortisasi.
2. Sebab-sebab
depresiasi
Faktor-faktor yang
menyebabkan depresiasi bisa dikelompokkan menjadi dua, yakni:
a. Faktor-faktor
fisik
Faktor-faktor fisik
yang mengurangi fungsi aktifa tetap adalah aus karena dipakai (wear and tear),
aus karena umur (deterioration and decay) dan kerusakan kerusakan.
b. Faktor-faktor
fungsional
Faktor-faktor fungsional yang
membatasi umur aktia tetap antara lain, ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi
produksi sehingga perlu diganti dan karena adanya perubahan permintaan terhadap
barang atau jasa yang duhasilkan, atau karena adanya kemajuan teknologi
sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.
Untuk menentukn taksiran umum kegunaan
suatu aktiva tetap, kedua faktor diatas harus dipertimbangkan, misalnya secara
fisik mesin ditaksir dapat digunakan dalam jangka waktu dua puluh tahun, tetapi
diperkirakan pada tahun ke dua belas akan ada penemuan baru yang dapat
menghasilkan mesin yang lebih modern. Dalam keadaan seperti ini taksiran umur
fisik (dua puluh tahun) tidak dapat digunakan sebagai dasar perhitungan
depresiasi. Apabila diperkirakan dengan adanya mesin baru tersebut perusahaan
harus mengganti mesinnya maka umur ekonomis mesin maksimum yang dapat digunakan
dalam perhitungan depresiasi adalah dua belas tahun. Selain faktor-faktor
diatas, taksiran umur aktiva tetap juga dipengaruhi oleh rencana reparasi dan
pemeliharaan. Bila rencana reparasi dan pemeliharaan itu disusun dengan biaya
yang minimum, maka diharapkan aktiva tetap akan mempunyai umur yang lebih
pendek dibandingkan jika rencana reparasi dan pemeliharaannya tidak minimum.
3. Faktor-faktor
dalam menentukan biaya depresiasi
Ada tiga faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban depresiasi setiap periode.
Faktor-faktor itu ialah:
a. Harga
perolehan (cost)
Yaitu uang yang
dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam
memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan.
b. Nilai
sisa (residu)
Nilai sisa suatu aktiva
yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual,
ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat
digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual
atau menukarnya.
c. Taksiran
umur kegunaan (masa manfaat)
Taksiran umur kegunaan
(masa manfaat) suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan
kebijakan-kebijkan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini bisa
dinyatakan dalm satuan periode wktu, satuan hasil produksi atau satuan jam
kerjanya. Dalam menaksir umur atau masa manfaat aktiva, harus dipertimbangkan
sebab-sebab keausan fisik dan fungsional.
Menurut
Adenk Sudarwanto dalam bukunya Akuntasi koperasi disebutkan faktor faktor yang mempengaruhi biaya
depresiasi ada 4 yaitu:
a. Harga
perolehan
b. Nilai
residual atau nilai sisa
c. Masa
manfaat
d. Pola
penggunaan
Untuk menandingkan harga perolehan
aktiva tetap terhadap pendapatn, beban penyusutan periodik harus mencerminkan
setempat mungkin pola penggunaan. Jika aktiva tetap menghasikan suatu pola
pendapatan yang bervariasi, mala ola penyusutannya juga harus bervariasi dengan
pola yang sama.
Dari faktor-faktor diatas dapat dihitung
biaya depresiasi tiap tahun. Biaya depresiasi ini merupakan sutu taksiran yang
ketelitiannya sangat tergantung pada ketelitian penentuan atas faktor faktor
tersebut. Ketelitian biaya depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya laba rugi
perusahaan setiap periode. Apabila depresiasi tidak dihitung dengan teliti maka
jumlah laba rugi perusahaan juga menjadi tidak teliti.
4. Metode
Perhitungan Depresiasi
Ada
beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi
periodik. Untuk dapat memilih salah satu metode hendaknya dipertimbangkan
keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut. Metode-metode itu ialah:
a. Metode
garis lurus(straight-line method)
b. Metode
jam jasa (service-hours method)
c. Metode
hasil produksi (productive-output method)
d. Metode
beban berkurang (reducing-charge method)
-
jumlah angka tahun
-
saldo menurun
-
double declining balance method
-
tarif menurun
Berikut ini akan
diberikan penjelasan tentang penggunaan masing-masing metode.
a. Metode
Garis Lurus (Staight line method)
Metode
ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam
cara ini beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama (kecuali kalau ada penyesuaian-penyesuaian).
Metode garis lurus ini menganggap
aktiva tetap akan memberikan kontribusi
yang merata di sepanjang masa penggunaannya. Sehingga aset tetap akan
mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga
aset tetap ditarik dari penggunaannya dalam operasional perusahaan.
Perhitungan Penyusutannya:
Rumus:
|

Keterangan
:
HP
: harga perolehan (cost)
NS
: nilai sisa (residu)
N : taksiran umur kegunaan.
Contoh
Mesin dengan harga
perolehan Rp 600.000,00 taksiran nilai sisa residu sebesar Rp 40.000,00 dan umur nya ditaksir
selama 4 tahun, deresiasi tiap tahun dapat dihitung sebagai berikut:
Depresiasi = 

= Rp 140.000,00
Perhitungan depresiasi dengan garis lurus ini
didasarkan pada anggapan-anggapan sebagi berikut:
1. Kegunaan
ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara porporsional setiap periode.
2. Biaya
reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap.
3. Kegunaaan
ekonomis berkurang karena lewatnya waktu.
4. Penggunaan
(kapasitas) aktiva tiap-tiap periode relatif tetap.
b. Metode
Jam Jasa (service hours medhod)
Metode
ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih
cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dengan penggunaan
yang tidak sepenuhnya (part time). Dalam cara ini beban depresiasi dihitung
dengan dasar satuan jam jasa. Beban depresiasi periodik besarnya akan sangat
tergantung pada jam jasa yang dipakai (digunakan).
Rumus untuk menghitung besarnya
penyusutan metode satuan jam kerja adalah sebagai berikut:
RUMUS: 

Keterangan :
HP : harga perolehan
NS : nilai sisa
(residu)
N : taksiran jam jasa
Contoh
Mesin, dengan harga
perolehan Rp 600.000,00, nilai sisa Rp 40.000,00 ditaksir akan dapat digunakan
selam 8.000 jam. Depresiasi perjam dihitung senbagai berikut:
Depresiasi

= Rp 70,00
Apabila dalam tahun pertama,mesin
tersebut digunakan selama 3.000 jam maka beban depresiasinya = 3.000 x Rp 70,00
= Rp210.000,00.
c. Metode
hasil produksi (productive output method)
Dalam
metode ini umur kegunaan aktiva dataksir dalam satuan jumlah unit hasil
produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi,
sehingga depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi
dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu
dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga di dasarkan pada
jumlah produk yang dapat dihasilkan.Metode hasil produksi merupakan
metode penyusutan yang mengalokasikan beban penyusutan ke beberapa periode
berdasarkan pada satuan unit yang diperoleh dari penggunaan aset tetap. Umur
ekonomis aset tetap dinyatakan dalam satuan unit produksi, bukan berdasarkan
tahun.
RUMUS: 

Keterangan :
HP : harga perolehan
NS : nilai sisa (residu)
N : taksiran hasil produksi (unit)
Contoh
Untuk dapat menghitung
beban depresiasi periodik, pertam akali dihitung tarif depresiasi untuk tiap
unit produk. Kemudian tarif ini kan dikalikan dengan jumlah produk yang
dihasilkan dalam periodik tersebut.
Misal, mesin dengan harga perolehan Rp 600.000,00 taksiran nilai sisa sebesar
Rp 40.000,00. Mesin ini ditaksir selama umur penggunaan akan menghasilakan
56.000 unit produk. Depresiasi unit per produk dapat dihitung sebagai berikut:
Depresiasi = 

= Rp 10,00
Apabila
apada tahun pertama penggunaan, mesin tersebut menghasilakn 18.000 unit produk,
maka beban depresiasi untuk tahun itu sebesar 18.000 x Rp 10,00 =Rp 180.000,00.
d. Metode
beban berkurang ( reducing charge method)
Dalam
metode ini beban depresiasi tahun-tahun pertama akan lebih besar daripada beban
depresiasi tahun-tahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada teori bahwa
aktiva yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien dibaningkan dengan
aktiva yang lebih tua. Begitu juga biaya reparasi dan pemeliharaannya. Biasanya
aktiva yang baru akan memerlukan reparasi dan pemeliharaan yang lebih sedikit
dibanding dengan aktiva yang lama. Jika dipakai metode ini maka diharapkan
jumlah beban depresiasi dan biaya reparasi dan pemeliharaan dari tahun akan
relatif stabil, karena jika depresiasinya besar maka biaya reparasi dan
pemeliharaannya kecil (dalam tahun pertama), dan sebaliknya dalam tahun
terakhir, beban depresiasi kecil sedangkan biaya reparasi dan pemeliharaannya
besar. Ada empat cara untuk menghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun
ke tahun, yaitu:
1. Metode
jumlah angka tahun (sum of year’s digits method)
Depresiasi dihitung
dengan cara mengalikan bagian pengurangan (reducing fractions) yang setipa tahun
nya menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Pengurangan dihitung
asebagia berikut.
Pembilang = bobot
(weight) untuk tahun yang bersangkautan.
Penyebut = jumlah angka
tahun selama umur ekonomis aktiva atau jumlah angka bobot (weight).
2. Metode
saldo menurun (declining balance method)
3. Double
declining balance method
4. Metode
tarif menurun (declining rate on cost method)
Metode-metode khusus
Pembebanan depresiasi bisa dilakuakan
tidak dengan dasar alokasi harga perolehan, tetapi dengan menggunakan
dasar-dasar lain metode ini dapat diterima jika terdapat kesulitan-kesulitan
untuk menghitung depresiasi dengan cara yang biasa. Biasanya metode-metode
khusus ini dipakai untuk membebankan depresiasi alat-alat kerja (small tools)
yang dimiliki dalam jumlah yang besar dan digunakan dalam perusahaan-perusahaan
jasa umum (public utilities). Metode perhitungan depresiasi yang khusus adalah
sebagai berikut:
1. Sistem
penilaian/persediaan
dalam cara ini rekening
aktiva didebit dengan harga perolehan (cost) aktiva. Setiap periode aktiva
tersebut dinilai dan rekening aktiva dikurangi sampai pada jumlah penilaian
tersebut. Pengurangannya dibebankan sebagai depresiasi.
2. Sistem
pemberhentian
dalam cara ini rekening
aktiva didebit dengan harga perolehan (cost) aktiva. Pada akhir periode
rekening aktiva itu dikredit dengan jumlah harga perolehan aktiva yang
dihentikan penggunaannya selama periode tersebut dan dibebankan sebagai biaya
depresiasi.
3. Sistem
penggantian
dalam cara ini rekening
aktiva didebit dengan harga perolehan (cost) aktiva. Pembebanan sebagai biaya
dilakukan jika aktiva tersebut diganti. Jadi harga perolehan aktiva baru
dikurangi nilai sisa aktiva lama dibebankan asebagai depresiasi.
Depresiasi
untuk sebagian periode
Yang
dimaksud dengan depresiasi untuk sebagian periode adalah perhitungan beban
depresiasi bila periodenya tidak selama satu periode akuntansi (tahun buku).
Metode
Garis Lurus
Bila
digunakan metode garis lurus, ketentuan-ketentuan diatas dapat digunakan.
Adakalanya perusahaan menghitung depresiasinya untuk bagian periode didasarkan
pada jumlah hari sesungguhnya. Kelihatannya cara ini akan memberikan hasil yang
lebih teliti. Akan tetapi, bila dihubungkan dengan taksiran umur total, maka
tdak ada peningkatan ketelitian yang diperoleh. Perbedaan dasar bulanan dengan
harian dikaitkan dengan taksiran umur ekonomi tidak akan mengakibatkan selisih
jumlah yang cukup berarti.
Metode
Jumlah angka Tahun
Dalam
metode jumlah angka tahun, bila terjadi perhitungan depresiasi untuk sebagian
periode, perlu dilakuakan dengan dua langkah:
1. Menghitung
depresiasi tahunan
2. Mengalokasikan
depresiasi tahunan kemasing-masing periode atas dasar waktu.
Metode double declining
balance
Seperti yang diuraikan dimuka, metode
double declining balance dalam perhitungan depresiasi, menggunakna tarif
depresiasi yang dihitung dengan metode garis lurus dikalikan dua. Apabila
aktiva tetap dibeli tidak awl periode, maka untuk menghitung beban depresiasi
tahunan, perlu dilakukan pehitungan dengan dua langkah sebagai berikut:
1. Menghitung
depresiasi tahunan
2. Mengalokasikan
depresiasi tahunan kemasing-masing perode atas dasar tahun.
Koneksi Terhadap
Depresiasi
Ada kemungkinan suatu perusahaan
mengubah metode yang digunakannya dalam perhitungan depresiasi. Perubahan
metode ini akan mengakibatkan perubahan-perubahan terhadap depresiasi yang
sudah dibebankan tahun-tahun lalu dan juga perhitungan-perhitungan untuk
tahun-tahun yang akan datang. Koreksi untuk tahun-tahun yang lalu dapat dicatat
dalam rekening laba tidak dibagi atau koreksi laba tahun-tahun lalu. Selain
perubaha metode, koreksi perhitungan depresiasi dapat juga terjadi karena
adanya perubahan harga perolehan ataupun perubahan taksiran umur.
Perubaha-perubahan seperti itu akan dibicarakan pada bab berikut
Pencatatan Depresiasi
Kadang-kadang depresiasi dicatac dengan
dengan mendebit rekening biaya dan mengkredit rekening, aktiva yang
bersangkutan, cara ini tidak dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
harga perolehan aktiva dan jumlah depresiasi sampai pada periode itu.
Untuk menghilanhkan kelemahan itu,
depresiasi dikreditkan kerekening, akumulasi depresiasi yang merupakan offset
dari rekening aktiva yang bersangkautan. Jika dipakai cara ini maka didalam
neraca akan dapat diketahui jumlah harga dan jumlah yang sudah didepresiasi.
Biasanya untuk setiap rekening aktiva akan di buatkan satu rekening akumulasi
depresiasi. Apabial aktiva yang dimiliki jumlahnya banyak, maka bisa dibuatkan
buku pembantu yang mendukung jumlah dalam rekening kontrol dalam buku besar.
Didalam perusahaan-perusahaan yang
dibagi menjadi beberapa fungsi seperti produksi, penjualan dan administrasi, buku pembantu
dibuat untuk mendukung rekening kontrol dari tiap-tiap fungsi dan depresiasi
akan diperhitungkan untuk setiap fungsi.
B. DEPLESI
1. Pengertian
Deplesi
Deplesi
adalah Berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam
seperti tambang dan hutan kayu yang disebabkan oleh perubahan (pengolahan)
sumber-sumber alam tersebut sehingga menjadi persediaan disebut deplesi.
Beberapa perbedaan
antara deplesi dan depresiasi adalah sebagai berikut:
-
Deplesi merupakan pengakuan terhadap
pengurangan kuantitatif yang terjadi dalam sumber-sumber alam, sedangkan
depresiasi merupakan pengakuan terhadap pengurangan service (manfaat ekonomi)
yang terjadi dalam aktiva tetap.
-
Deplesi digunakan untuk aktiva tetap
yang tidak dapat diganti langsung dengan aktiva yang sama jika sudah habis,
sedangkan depresiasi digunakan untuk aktiva tetap yang pada umumnya dapat
diganti jika sudah habis.
-
Deplesi adalah pengakuan terhadap
perubahan langsung dari sumber alam menjadi barang yang dapat dijual, sedangkan
depresiasi adalah alokasi harga perolehan kependapat periode yang bersangkutan
untuk suatu service yang dihasilkan (kecuali dalam perusahaan dimana depresiasi
dihitung berdasarkan hasil produksi).
Sumber-sumber
alam disebut juga wasting assets
2. Metode
Perhitungan Deplesi
Untuk menghitung
deplesi ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Harga
perolehan aktiva.
b. Taksiran
nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.
c. Taksiran
hasil yang secara ekonomis dapat di eksploitasi.
Deplesi
dapat dihitung untuk tiap unit hasil sumber alam (ton, barrel dll). Contohnya
sebagai berikut:
Tanah
yang mengandung hasil tambang dibeli dengan harga Rp 20.000.000,00 taksiran
isinya sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut sesudah dieksploitasi ditaksir
bernilai Rp 2.000.000,00 . deplesi per ton dapat dihitung :
Deplesi
= 

= Rp 120,00 per ton
Jika
pada tahun pertama di eksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka deplesi untuk tahun
tersebut 40.000 x Rp 120,00 per ton = 4.800.000,00
Jurnal
yang dibuat untuk mencacat deplesi sebagai berikut:
Deplesi
Rp
4.800.000,00
Akumulasi deplesi Rp 4.800.000,00
3. Revisi
Perhitungan Deplesi
Jika pembangunan tambang/sumber alam itu juga
terjadi dalam masa eksploitasi, sedangkan biayanya ditaksir dimuka pada waktu
akan menghitung beban deplesi, jika kenyatannya biaya pembangunan berbeda
dengan yang sudah ditaksir maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Begitu juga
jika taksiran isi tambangnya berbeda dengan taksiran isi tambang yang dipakai
dalam menghitung deplesi maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Koreksi
terhadap deplesi dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut:
-
Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah
dicatat dikoreksi, begitu juga untuk deplesi yang akan datang
-
Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah
dicatat tidak dikoreksi, tetapi deplesi tahun-tahun yang akan datang dilakukan
dengan data yang terakhir.
Dalam cara pertam koreksi dilakukan
seperto halnya dalam aktiva tetap. Pada saat diketahui adanya perubahan,
dihitung lagi deplesi per unit kemudian dilakukan koreksi. Misal, eplesi yang
terlalu beasar, jumlah koreksinya sebagi berikut.
Misal,
dari contoh dimuka, biaya pembangunan bertambah sebesar Rp 1.800.000,00.
Sesudah dieksploitasi dalam tahun kedua sebanyak 30.000 ton, tambang ditaksir
masih mengandung 90.000 ton. Perhitungan deplesi kedua sebagai berikut:
Harga
perolehan pertama Rp20.000.000,00
(-)
nilai sisa Rp2.000.000,00
Deplesi tahun pertama 


(+)
biaya oemabngunan th ke dua 

Jumlah
yang akan di deplesi 

Taksiran
isi tambang pada awal tahun kedua:
Hasil
eksploitasi tahun kedua (ton) 30.000
Taksiran
isi tambang pada awal tahun kedua (ton) 

Taksiran
isi tambang pada akhir tahun kedua (ton) 120.000
Deplesi
per ton dalam tahun kedua = Rp
15.000.000,00 : 120.000 = Rp 125,00.
Deplesi
tahun kedua = 30.000 x Rp 125,00 = Rp 3.750.000,00
Aktiva
aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang mengolah sumber sumber alam,
dan kegunaan aktiva itu terbatas sampai selesainya eksploitasi sumber sumber
alam, maka deprsiasi aktiva tetap dapat dihitung dengan dasar taksiran hasil
sumber alam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Depresiasi
bukannya suatu proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk
mengganti aktiva, tetapi adalah suatu metode untuk mengalokasikan harga
perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi. Istilah depresiasi
digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang
dapat diganti, seperti gedung, mesin, alat-alat dan lain-lain. faktor faktor
yang mempengaruhi biaya depresiasi ada 4 yaitu: Harga perolehan, nilai residual
atau nilai sisa, masa manfaat, dan pola penggunaan. Metode menentukan
depresiasi adalah:
a. Metode
garis lurus(straight-line method)
b. Metode
jam jasa (service-hours method)
c. Metode
hasil produksi (productive-output method)
d. Metode
beban berkurang (reducing-charge method) .
Deplesi
adalah Berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam
seperti tambang dan hutan kayu yang disebabkan oleh perubahan (pengolahan)
sumber-sumber alam tersebut sehingga menjadi persediaan disebut deplesi. Untuk
menghitung deplesi ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Harga
perolehan aktiva.
b. Taksiran
nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.
c. Taksiran
hasil yang secara ekonomis dapat di eksploitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Zaki Baridwan, INTERMEDIATE ACCOUNTING, Yogaykarta
: BPFE YOGYAKARTA, 2008.
Michell Suharli,
Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Dagang,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Adenk
Sudarwanto, Akuntansi Koperasi,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar